Biografi KH. Yahya Cholil Staquf

118

Kelima, ada kecenderungan selama ini bahwa di

semua tingkatan menyelenggarakan kegiatan dengan

orientasi program. Dalam istilah Gus Yahya, kegiatan-

kegiatan tersebut mewujud dalam bentuk proyek-proyek

yang secara kuantitas cukup banyak tetapi kurang memiliki

nafas, arah, dan tujuan-tujuan besar yang hendak dicapai.

Jadi, NU di mana-mana cukup sibuk secara organisasi

dengan berbagai macam proposal-proposal, tapi tidak

ada benang merah yang jelas yang dapat menghubungkan

kegiatan-kegiatan tersebut dalam kerangka tujuan yang

lebih besar. Kecenderungan pola pikir ini mengakibatkan

pudar dan lenyapnya perhatian terhadap permasalahan

keseharian warga baik anggota NU maupun masyarakat

secara luas.

Melihat permasalahan ini, Gus Yahya berpandangan

bahwa perlu adanya perubahan pola pikir (mindset) dalam

NU. Agar cara pandang terhadap NU berubah, perlu ada

perubahan dari dalam itu sendiri. Hal ini sangat penting

bagi perluasan ruang lingkup khidmah NU seperti yang

telah diulas pada bagian sebelumnya. Menurut Gus Yahya,

perlu ada perubahan pola pikir dalam NU menyangkut tiga

hal: ruang lingkup dan sasarannya, pemaknaan terhadap

program, dan hubungan antar tingkatan kepengurusan

dalam

pelaksanaan

program.

Perubahan

ini

akan

menjadikan anggota organisasi sebagai instrumen yang

dapat digerakkan dalam kendali kepemimpinan. Selain

itu, struktur organisasi dituntut untuk menjalankan dua

fungsi utama: menyediakan layanan bagi kebutuhan-

kebutuhan warga secara luas menggulirkan strategi untuk

mewujudkan tujuan-tujuan visioner organisasi, yaitu

transformasi masyarakat secara keseluruhan.